Selasa, 27 Desember 2011

Hafalan shalat delisa "Filim Inspiratif"

   Berulangkali Delisa (Chantiq Schagerl) mencoba menghafal bacaan shalat. Gadis kecil itu tak sabar, iming-iming kalung dengan bandul huruf 'D', inisial nama Delisa, begitu menggodanya. Ummi-nya berjanji kalung indah itu akan jadi milik Delisa jika dia berhasil lulus menghafal bacaan shalatnya. Delisa adalah anak bungsu dari empat bersaudara, putri dari Ummi Salamah (Nirina Zubir) dan Abi Usman (Reza Rahadian).

    26 Desember 2004, Delisa bersiap mengikuti ujian hafalan shalat. Namun Lhok Nga bergetar ketika gempa melanda kota di bibir pantai Aceh itu. Delisa ketakutan, tangannya mendekap Ummi. Setelah suasana kembali normal, mereka memutuskan untuk bergegas ke tempat ujian.

      Gadis kecil itu memulai bacaan shalatnya. Dia teringat nasehat sang ustad, Ustad Rahman (Fathir Muchtar) untuk tetap khusyuk walau apapun yang terjadi. Laut pecah, ombak menggeliat, tsunami menggulung pagi itu. Namun Delisa seolah larut dalam kekhusyukannya. Sementara tsunami ikut menggulung ketiga saudara perempuannya dan ribuan warga Aceh.

     Tsunami Aceh mengakibatkan kesedihan yang teramat dalam, seluruh dunia ikut terguncang mendengar kabar ini, sejumlah relawan asing pun diterjunkan. Ayah Delisa yang sehari-harinya bekerja di kapal tanker pun segera pulang ke Lhok Nga untuk mencari anak istrinya.

    Beruntung nyawa Delisa diselamatkan oleh Prajurit Smith (Mike Lewis). Sayang, dia harus kehilangan kaki kanannya karena diamputasi. Namun Delisa tak patah semangat, dia masih bersyukur sebab kaki kirinya masih bisa digerakkan.

     Film 'Hafalan Shalat Delisa' adalah sebuah film yang diangkat dari novel berjudul sama, karya Tere Liye. Novel ini memang terkenal lantaran ceritanya yang begitu menyentuh. Tentunya akan ada perbedaan ketika novel ini diangkat ke layar lebar.

     Sutradara Sony Gaokasak mencoba menyelipkan teknologi animasi CGI dalam film 'Hafalan Shalat Delisa'. Beberapa gambar memang terkesan kurang nyaman namun berhasil tertutup oleh cerita dan skenarionya yang kuat. Celoteh kekanakan Delisa juga terlihat polos dan cocok di usianya.


     Demi menjaga perasaan warga Aceh, lokasi pengambilan gambar memang sengaja tidak dilakukan di daerah aslinya melainkan di daerah Ujung Genteng dan Bogor. Penasaran dengan filmnya? 'Hafalan Shalat Delisa' bisa Anda jadikan satu alternatif tontonan bersama keluarga. sumber VIVAnews.

Rabu, 21 Desember 2011

Sebait Doa Untukmu Bunda

         Pagi yang cerah itu memberikan kebahagiaan akan hati orang yang sedang menunggu kebaikan dengan wajah tersenyum bagaikan mentari pagi itu. Setiap orang yang berada di rumah itu mengucap syukur atas kebesaran Allah. Telah lahir bayi mungil nan lucu, "telah datang sosok baru adik kami, ponakan kami, dan anak kami", terpatri dalam benak orang-orang itu.

         Dengan wajah yang sedikit menahan rasa sakit bercampur kebahagiaan wanita itu mengucap syukur yang tak terhinnga. anak pertamanya telah lahir ke dunia, sosok yang memberikan semangat baru, yang akan memberikan kekuatan dan warna bagi keluarga. Dengan penuh sabar dan ikhlas, dia memrawat dan membesarkan bayi itu dengan penuh kasih sayang, bahkan mungkin rasa sayang pada anak itu lebih besar dari rasa sayangnya pada diri sendiri.

         Tepat hari ini, masih terlintas dalam benak akan pengorbanan dan kasih sayangnya yang tersirat dalam doa dan harapan untuk bayi mungilnya yang sekarang telah beranjak dewasa. kadang terbesit pertanyaan "apakah yang bisa saya berikan kepada beliau untuk membahagiakan hatinya, meskipun itu tidak akan pernah bisa membayarkan pengorbanan dan kasih sayangnya selama 21 tahun".

Hari ini, belum ada satupun hal besar yang bisa anak itu perbuat untuk kebahagiaan Ibunya, yang bisa terukir hanyalah doa dan harapan kepada Ibunda tercinta.

"Ya Allah, sosok wanita itu sangat mulia bagi-Ku tetapi Engkaulah yang lebih mulia, karena Engkau yang telah memuliakan dia, maka tinggikanlah derajatnya disisi-Mu, berikan kebahagiaan untuknya lewat makhluk-Mu yang rendah dan hina ini. Ya Rabb, di hari yang spesial ini, hamba bermunajat dengan penuh harap, ampunilah dosanya, maafkanlah kesalahannya, maklumilah kekhilafannya. hanya kepada Engkau yang Maha Mulia dan Maha penyayang kami bermunajat dengan penuh harap".

Hanya itu yang bisa Anakmu berikan untukmu pada hari yang spesial ini Ibu. maafkan kesalahan dan kekhilafan anakmu. (Muhammad Rivai Seknun)

Senin, 19 Desember 2011

  Harapan Hidup

Belum pernah terlintas dalam benak kalau dalam hidup ini saya akan memperoleh suatu kebanggaan yang bukan hanya saya rasakan sendiri, itu tidaklah penting kecuali yang juga dirasakan oleh orang tua saya. ayah dan ibu selalu memberikan yang terbaik untuk kita sambil mengharapkan kita mendapatkan sesuatu yang terbaik dalam hidup dan kehidupan. sejak kecil hingga saat ini memang saya sering mendapatkan prestasi, dapat juara kelas, juara umum di sekolah, dapat penghargaan siswa teladan, menjadi ketua osis di sekolah, mendapat penghargaan sebagai trainer muda dan prestasi lainnya. bagi saya itu belum cukup sama sekali untuk membanggakan orang tua saya, entah apa sebenarnya yang bisa saya lakukan untuk dapat membanggakan kedua orang tua saya, meskipun kata mereka selalu "ayah dan mama sangat bangga sama kamu" namum dalam hati saya berkata "ini belum seberapa, dan ini bukan kebanggaan yang sesungguhnya untuk orang tua saya". lantas apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan kebanggaan yang sesungguhnya itu..?

suatu saat saya jatuh sakit dan ketika itu saya dihubungi oleh ayah dan ayahpun mengetahui kondisi saya tersebut lantas menceritakannya kepada ibu, ketika mendengar hal tersebut, ibu saya langsung cemas dan tiada hentinya berdoa bahkan ketika malam ibu tidak bisa tidur hanya memiikiran saya anaknya yang sementara sakit. dan ketika mendengar saya telah sembuh, beliaupun sangat senang dan mengucap syukur sambil mengeluarkan air mata. disitulah saya mulai memahami bahwa kebanggaan yang sesungguhnya adalah memberikan sesuatu kepada orang tua sehingga orang tua kita senang sampai mengeluarkan air mata adalah hal yang membanggakan. air mata bahagia yang menetes dari mata orang tua kita adalah air mata kebangggan yang tidak ada tandingannya.

namun, rasanya itu saja belum cukup bagi saya, masih ada pertanyaan yang belum terjawab dalam hati apa sebenarnya yang harus saya lakukan agar orang tua saya benar-benar merasa bangga dengan saya. dan ketika saya melakukan sholat malam, saya mulai menemukan apa yang sesungguhnya harus saya lakukan agar mereka merasa bangga dengan kita anaknya, yaitu menjadi anak yang sholeh. ya karena siapapun orang tua kita tentu sangat mendambakan anak-anak mereka menjadi anak yang sholeh. ibu saya setiap kali menelpon saya, ketika hendak menutup telepon kata terakhirnya selalu "jangan lupa sholat, jadi anak yang sholeh". saya baru tersadar bahwa harapan orang tua saya yang sebenarnya adalah kata-kata mereka yang selalu diucapkan di akhir percakapan dengan saya di telepon.

akhirnya saya menemukan jawaban yang sebenarnya bahwa tidak ada sesuatu yang bisa kita berikan untuk membanggakan kedua orang tua kita kecuali menjadi anak yang sholeh dan sholehah karena itu akan selalu bisa menjadi kebanggaan orang tua kita sampai kapanpun dan selama-lamanya. harapan saya yang paling besar dalam hidup adalah menjadi anak yang sukses dalam hidup dan agama, menjadi anak sholeh yang bisa membanggakan kedua orang tua sepanjang masa dan selama-lamanya...terimakasih Ayah dan Mama. I love you more than love to me. thank  for your affection is not limited to us